Senin, 17 September 2012

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK


A. Konsep Dasar
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.

Pendapat Ahli tentang teori belajar behavioristik
1. Classical Conditioning - Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
Menurut Pavlov, setiap rangsangan atau stimulus akan menimbulkan gerak balas atau respon. Stimulus adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan suatu respon, baik respon positif maupun respon negatif. Respon itu sendiri merupakan segala sesuatu yang timbul akibat suatu rangsangan.

2.      Connectionism - Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Menurut Thorndike, belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon. Dan perubahan tingkah laku merupakan akibat dari kegiatan belajar yang berwujud konkrit yaitu dapat diamati atau berwujud tidak konkrit yaitu tidak dapat diamati. Untuk membuktikan teorinya, Thorndike melakukan percobaan kepada beberapa hewan seperti kucing,ayam, anjing dan monyet. Melalui percobaannya pada seekor kucing, yang dimasukkan ke dalam sebuah kurungan dengan makanan diletakkan di luar kurungan, maka terlihat kucing tersebut melakukan beberapa usaha untuk keluar dari kurungan. Apabila dimasukkan ke dalam kurungan itu lagi, maka sang kucing akan kembali berusaha untuk keluar dari kurungannya lagi. Dengan kata lain kucing tersebut belajar membuka pintu kurungan dari proses percobaan dan pembiasaan.
3.      Behaviorism - John Broades Watson (1878-1958)
Menurut Watson, belajar dapat diartikan sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Sehingga walaupun selama proses belajar terjadi perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati.
4.      Operant Conditioning - Burrhus Frederick Skinner (1904-1990)
Menurut Skinner, hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan memengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya memengaruhi munculnya perilaku

Prinsip Belajar dan Pembelajaran 
Prinsip pembelajaran teori behavioristik (Hartley & Davies)
·            a.   Pembelajaran yang dapat menimbulkan proses belajar yang baik apabila
·             b.  Peserta didik berpartisipasi secara aktif.
·                 c.   Materi disusun dalam unit-unit kecil secara sistematis dan logis.
·                 d . Tiap respon peserta didik diberi balikan dan disertai penguatan



Aplikasi Teori belajar Behavioristik
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Aliran psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi arah perkembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan modal hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respons atau perilaku tertentu dapat dibentuk karena dikondisi dengan cara tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila berikan reinforcemnt, dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar